Kamis, 15 Februari 2018

Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya

Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya

Liburan Ceria bersama Kelas Menulis Cahaya, tema acara kami, FLP Pamekasan. Acara ini, Insya Allah akan menjadi program rutinan kami. Mengingat antuasiasnya para peserta. Menimbang orang tua yang senang anak-anaknya belajar mencintai literasi. Dan kami memutuskan.. uups, efek muktamar alias musyawarah akhir tahun yang nuansanya masih terasa.

Hoho, PK, PK!
(read: Peninjauan Kembali bukan Pelatihan Keberangkatan semoga aja aku tahun depan, aamiin)

Kelas Menulis Cahaya berlangsung selama lima hari. Dimulai dari hari Selasa (26/12) hingga Sabtu (30/12). Tepatnya keesokan hari setelah Musyawarah V FLP JATIM berakhir.

Kelas Komik
Senin (25/12) sore, kami menculik Kak Zaky, anggota FLP Jombang langsung dari Musywil V. Komikus nasional yang akan mengajari para peserta Kelas Menulis Cahaya dalam dua hari berikutnya. Tenang, penculikan ini sangat rapi terencana karena dua minggu sebelumnya, Kak Zaky sudah kami beritahu prosedurnya gimana. Eh.

Berbiru-biru kami memulai hari pertama (26/12). Peserta dan panitia kompak memakai warna dengan nuansa yang senada. Memang jadwalnya sih, haha.

Hari pertama kami belajar komik, panitia dan peserta membuat kesepakatan kelas. Apa yang boleh dan yang dilarang. Seru! Mereka menentukan sendiri peraturannya.

"Kak, harus menutup aurat," usul seorang peserta.
"Boleh makan," timpal yang lainnya.
"Nggak boleh rame."

Begitulah hingga kesepakatan tercipta di saung lebar. Tepatnya di Sekolah Alam Excellentia, Pamekasan. Sekolah dan berada dalam satu halaman rumah Sang Bupati. Aku baru ngeh waktu hari H, malah.

Di hari pertama ini Kak Zaky mengajak para peserta untuk lebih peka terhadap hobi. Karena dari hobi bisa mengadi rezeki. Alat-alat elektronik Kak Zaky dan gadget-gadgetnya pun dari hasil menggambar. Masya Allah hebatnya.

Kalau di hari kedua (27/12), anak-anak diminta praktek menggambar. Makin jago deh mereka karena langsung diajari oleh sang pakar. Oia di hari tersebut kami dresscode-nya putih-putih. Dan tempatnya tetap di saung Sekolah Alam Excellentia.

Jurnalistik
Hitam! Dresscode kami selanjutnya. Biar ala-ala wartawan gitu soalnya di hari ketiga (28/12) itu Kelas Menulis Cahaya akan mengikuti pelatihan jurnalistik di Radar Madura. Siapa tahu kan kelak mereka besar jadi wartawan sungguhan.

Registrasi, ice-breaking dan lanjut materi dan Kak Sari dan Kak Frengki. Anak-anak diajari segala hal yang berbau koran, fotografi dll. Tapi nggak cuma materi, karena kita akan latihan langsung.

Sehabis dari kantor Radar Madura, para peserta berjalan kaki ke Lapangan Pendopo Pamekasan. Mereka diminta mewancarai masyarakat secara berkelompok.

Kelompok Six Stars yang mengidolakan Kak Zaky banget memilih tukang parkir untuk diwawancarai. Mereka lucu deh. Tiap mereka melemparkan satu pertanyaan kemudian sehabis itu anak-anak Six Stars akan menuju trotoar untuk menuliskan jawaban bapak tukang parkir.

Tukang parkirnya antara kewalahan dan gemes meladeni anak-anak. Soalnya sambil menertibkan mobil-mobil yang lewat. Hati-hati Dek..


Mereka antusias banget. Apalagi Qaiser dan Akmal. Semangat sekali membuat pertanyaan sambil bolak-balik trotoar dan jalan.

"Kak kasian, tukang parkirnya. Masak cuma dapet seribu," cerita Akmal waktu menuliskan laporan wawancaranya bersama yang Six Stars yang lain.

Lain halnya dengan kelompok Superstar. Mereka mewancarai Pak Polisi yang juga berada di area pendopo. Kalo yang ini aku nggak begitu ngikutin. Cuma melihat dari jauh. Mereka sama Kakak mentor yang lain. Begitu pula kelompok Lavender, CCG dan Semangat.

"Pak Polisinya belum menikah, Kak. Katanya nggak ada yang mau." Waduh, Dek. Kalian nanya hal begituan juga.

Jangankan Pak Polisi. Aku juga ditanyain. Semua mentor juga ditanyain.. \^0^/

Cerita Anak
Lanjut ke hari ketiga deh. Kata Bunda-nya Akmal ini hari yang dia tunggu-tunggu. Soalnya wifi-nya kenceng. Dia mau mengunduh game. Kids zama now yaa. Tapi di rumah, Akmal cuma boleh main handphone di hari libur saja lho. Patut ditiru nih sama orang tua yang lain.

Wifi mana lagi kalo bukan Perpusda Pamekasan. Adekku yang paling bungsu juga suka sama makhluk yang satu itu. Mau ke perpus, baca buku sambil download Upin & Ipin, katanya.

Berbusana batik, para peserta datang ke perpustakaan sebelum jam tujuh pagi. Agenda kami hari ini pelatihan menulis cerita anak bersama Kak Emus. Penulis yang menelurkan banyak buku. Yang paling baru judulnya Teror Bayangan.

Bertempat di Ruang Anak, 33 peserta yang datang hari itu menulis khayalannya masing-masing minimal lima paragraf. Dan mereka pada jago lho.


Safa, putri Pak Rafif, ketua FLP JATIM menuliskan step by step permainan tradisional yang namanya, Bintang Mas. Dia kasi satu-dua-tiga. Jadinya cepet kelar kalau nulis how-to gitu ya :D

Hayza, bercerita tentang "Kontes Putri-putrian." Putri yang pemalu dari kerajaan Snow White. Menurutku, imajinasinya keren sekali untuk anak seusia kelas 3 SD.

Bertualang
Yes, kita jalan-jalan! Karena empat hari kemarin sudah mikir yang berat-berat, maka mari kita akhiri Kelas Menulis Cahaya dengan sesi halanhalan!

Start para peserta, dimulai dengan berjalan kaki dari SDIT Al-Uswah Pamekasan sambil bernyanyi nananana..

Semangat sehat!

Anak-anak akan bertualang menuju SPM (Selamat Pagi Madura). Di sana ada berbagai wahana seperti berenang, memanah, ATV, becak, flying fox dan view Bukit Cinta yang fenomenal di kalangan remaja.

Setelah foto-foto dan stretching sebelum mereka melakukan aktivutas mainstream, para panitia ngedata dulu nih siapa saja  yang mau berenang dan lain-lain.

Para Pemenang
Jangan lupa, kami juga menyediakan hadiah bagi anak-anak yang kece badai selama lima hari.

Siapa mereka?

Yel-yel terbaik dimenangkan oleh kelompok Six Stars yang terdiri oleh dan Lavender.

Kak Emus yang waktu itu juga ikut bertualang meminta peserta untuk menuliskan sebuah nama di atas secarik kertas. Nama kakak mentor favorit versi mereka.

Kak Novi muncul dengan suara terbanyak. Kakak yang satu ini memang keibuan banget. Aku juga dukung Kak Novi!


Kak Vicky menang telak karena dia satu-satunya ikhwan. Semua anak-anak laki-laki memilih Kak Vicky. Haha, dia mah curang.

Anak-anak Malaikat
Mengikuti Kelas Menulis Cahaya ini membuat bermuhasabah diri. Belajar dari panitia yang lain dan juga anak-anak. Mereka kulihat agamis sedari kecil.

Pertama kali hatiku dibikin terenyuh ketika melihat anak, peserta laki-laki yang hendak menyalami kakak mentor yang kebetulan perempuan. Dia sigap menangkupkan tangan dan menyalami kami seperti salaman orang Sunda. Dek, kamu ngerti banget sih..

Kedua waktu bagian antri. Entah itu ketika registrasi atau pembagian snack. Saat para peserta terlihat antri lebih dulu untuk mengambil bagian, mereka otomatis paham. Menahan diri. Menunggu sampai para akhwat selesai. Selepas itu mereka akan berbaris rapi.

Sama halnya pada saat membuat lingkarab besar. Merek nggak mau berpegangan.

"Kak kita kan bukan mahram."

Masya Allah, sholehnya..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar