Kamis, 15 Februari 2018

Psikologi Afifah Afra dan Tugas Kita sebagai Manusia [Musywil V FLP JATIM #2]

Pembukaan Musywil V FLP JATIM dimulai bakda Dzuhur tanggal 24 Desember. Tetapi, rombongan kami berangkat lebih awal karena ada seminar Bunda Afifah Afra di sekitar alun-alun Ngawi yang ingin kami hadiri. Makanya kami harus datang pagi-pagi sekali.

Peserta seminarnya ramai sekali. Membludak memenuhi aula Graha Widya Ditambah MC kocak bakal calon ketua FLP Ngawi.

Bunda Afifah Afra

Psikologi Bunda Afra dan Tugas Kita sebagai Manusia. Nah, persoalan tersebut yang akan aku tuliskan di sini. Materi Bunda Afra saat seminar di Ngawi.

Pemuda dan Masalah Umat yang Terpecahkan
Sejatinya setiap insan, manusia memiliki potensi. Fitrahnya masing-masing. Namun pada awalnya kita adalah kertas putih yang siap ditulisi. Kira-kira potensi seperti apa yang akan cerdas menstimulasi?

Menurut Carl Rogers ada tiga sifat dasar karakter individu yang diinginkan. Self atau diri kita apa adanya dan pribadi yang kita inginkan dan bagaimana kita di kehidupan nyata.

Jika kita yang sebenarnya sebanding dengan apa yang kita inginkan di kehidupan nyata berarti sikap kita kongruen. Kita aslinya galak, pada suatu acara, pengennya kita terlihat kalem. Jika acara tersebut sukses tanpa adanya sifat marah yang keluar dari kita maka itu kongruen. Cocok dan sesuai.

Akan tetapi jika idealisme yang kita harapkan tidak terjadi, maka bisa jadi galau.

Pak Andika yang kocak di depan peserta
Menurut para ulama, Sayd Quthb? Dua pribadi di atas dikategorikan sebagai nafsul muthmainnah dan nafsul lawwamah.

Pada nafsul lawwamah, atau jiwa yang tertimpa rasa resah nan gelisah. Hal yang terjadi dikarenakan fakta di lapangan tak sesui dengan mimpi di malam panjang. Jadi nggak sinkron.

Pribadi dengan nafsul muthmainnah, adalah jiwa-jiwa yang tenang. Perasaannya aman, damai dan tentram. Realisme dan idealisme-nya sama. Jadi pemikirannya jauh. Nggak melulu galau.

Fa idza faraghta fanshab.

Selasai satu urusan langsung bergerak pada urusan yang lain. Ia dengan pribadi nafsul muthmainnah, si kalem segera beranjak menuju amanah yang lain.

Beban Khalifah fil Ardh
Manusia hidup di muka bumi ini punya amanah lho. Nggak tetiba saja diciptakan tanpa tujuan.

Who am I? Kenapa aku diciptakan?

Jadi selain tugas kita sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah [Ad-Dzariyat: 59], manusia telah sanggup menjadi khalifah di bumi.

Dan khalifah ini adalah msi kolektif. Makanya khairunnas anfa'uhum linnas. Sebaik-baik manusia oalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Karena tugas kita adalah saling membantu.

Who am I? Siapa diriku yang sebenarnya? Inilah adalah teka-teki. Misteri kehidupan yang harus kita pecahkan sendiri.

Gelisah-penjelajah-memetakan ideal self.

Khasku-Amalan Terbaikku. Potensi. Apa yang bisa aku sumbangkan untuk menjadikan aku sebaik-baiknya manusia?

How to start? Kita mulai dari perintah pertama. Iqra. Membaca potensi diri.

Pribadi Penulis
Karya ini bagus tapi dibangun dari kesombongan.

Mengapa?
Literasi Berkeadaban.
Ayat kedua surat Al-Qalam. Beradab. Puncak kecerdasan yang kongkret, afektif dan psikomotorik.

Memberikan makna lewat tulisan.

Potensi. Kapan dimulainya? Dari muda dan dari sekarang. Menulis adalah skill wajib. Nilainya harus di angka 7-8. Karena setiap hal membutuhkan skill ini. Tidak hanya ia yang ingin menjadi penulis. Skripsi. Tugas sekolah dan kuliah memerlukan skill menulis.

Dan pada profesi. Kemampuan kita harus di angka 9-10.

Generasi yang Tercuri
Di Indonesia, Literasi adalah sebuah generasi yang tercuri. Karena periode dunia adalah lisan-tulis-audio visual. Pada zaman lisan ada dongeng, dan kita tiba di generasi media; TV Radio.

Dan Literasi adalah  generasi yang terlewat.

Makanya kenapa sering kita temukan berita hoax alias mengada-ada.

"Hentikan mencari informasi kurang dari 140 kata, tapi mulailah membaca lebih dari 600 halaman."

Literacy: ability to read and write.

Tentunya sesuai kaidah. Minimal bagaimana belajar yang sesuai kaidah EBi. Kapitalisasinya benar dan nggak tipografi. Yuk kit sama-sama belajar. Karena pada tulisan ini juga masih banyak salah-salahnya.

Tentang Menulis.
Menulis itu menuangkan isi kepala. Itulah mengapa kegiatan menulis adalah hasil dari membaca. 75% bersumber dari bacaan dan 25% baru terlihat dalam tulisan.

Kalau malas membaca, lalu apa yang bisa kamu tuangkan dalam tulisan? Sedang isi tekomu, kosong.

Malas membaca? Coba deh ikutan Reading Challenge.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar